Kumpulan Tugas selama Sekolah Dan Kuliah

Yonathan Christian


Rabu, 18 Mei 2016

Biografi Dan Ajaran Martin Luthor



BAB I
BIOGRAFI

1.1 Biografi Martin Luthor
Martin Luther, anak dari Hans Luder dan ibunya, Margarethe, lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, pada tanggal 10 November 1483, dan meninggal pada tanggal 18 Februari 1546 di usianya yang 62 tahun di kota kelahirannya di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci.  Martin Luther bersaudara 3 orang, menikah pada tanggal 13 Juni 1525 dengan Katharina van Bora dan mempunyai anak 6 orang (Hans, Elizabeth, Magdalena, Martin, Paul, Margarethe/Rebekah).
Ayahnya menginginkan Martin Luther harus menjadi pegawai negeri untuk dapat memberikan kehormatan kepada keluarganya. Untuk mewujudkan impiannya maka ayahnya Hans mengirimkan Matin Luther kecil belajar ke Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach. Selanjutnya pada tahun 1501 di usia 17 tahun, Luther masuk ke Universitas Erfurt dan menyelesaikan perkuliahannya dengan sangat cepat  sehingga pada tahun 1502 dia sudah mendapatkan gelar sarjananya. Kemudian pada tahun 1505, Luther sudah meraih gelar magister hukum. Ayahnya menyarankan Luther untuk mendaftarkan diri bekerja universitas tempatnya kuliah tersebut.
Pada suatu hari di musim panas tahun 1505, terjadi serangan badai dan petir yang cukup hebat. Luther yang sedang dalam perjalanan pulang kerumahnya, sangat ketakutan dengan situasi tersebut. Dalam ketakutan, Luther berdoa dan berseru, “Tolonglah, Santa Ana! Saya akan menjadi biarawan!”. Selanjutnya Luther dapat sampai kerumahnya dan dia selamat. Luther merasa bahwa dia selamat karena pertolongan Tuhan dan Santa Ana, sehingga Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt. Mengetahui anaknya masuk biara maka ayahnya Hans sangat marah.

Berikut Biografi Martin Luther, berdasarkan Wikipedia dan beberapa sumber lainnya.
https://catatanjeb.files.wordpress.com/2011/11/dr-martin-luher.jpg?w=105&h=150
Martin Luther
Karya Lucas Cranach
(1529)
Nama
MARTIN LUTHER
Lahir di
Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci
Tanggal
10 November 1483
Meninggal di
Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci
Tanggal
18 Februari 1546 (umur 62)
Anak dari
Ayah :  Hans Luder – anggota Dewan Kota Mansfeld
Ibu     :   Margarethe
Menikah
13 Juni 1525
Istri
Katharina von Bora ( mantan biarawati)
Anak
  1. Hans (7 Jun.1526-1575)
  2. Elizabeth(10 Des. 1527 – 3 Agt.1528)
  3. Magdalena  (5 Mei 1529 – 20 Sep.1542)
  4. Martin Jr.    (9 Nov.1531 – 1565)
  5. Paul           (28 Jan.1533 – 1593)
  6. Margarethe/Rebekah (17 Des.1534 – 1570)

1.2 Pendidikan
  • Tahun  1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada 1502, dan gelar Magisternya pada 1505
  • Pada tanggal 16 Juli 1505, memasuki biara Serikat Eremit Augustinus di Erfurt
  • Pada tanggal 9 Maret 1508, gelar sarjananya dalam Studi Alkitab
  • Tahun  1509, gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus (buku Ajar Teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan)
  • Pada tanggal 9 Oktober 1512, menerima gelar Doktor Teologinya.
  • Pada tanggal 21 Oktober 1521, menjadi anggota Senat Dosen Teologi dan diangkat sebagai  Mahaguru dalam Kitab Suci.

1.3 Pekerjaan
  • Imam, ditahbiskan pada tahun 1507.
  • Pastor/Biarawan Augustinian.
  • Pendeta Lutheran.
  • Pengajar Teolog di Universitas Wittenberg pada 1508.
  • Tokoh terkemuka bagi Reformasi Gereja Katolik.

1.4 Karya
  • Pendiri Gereja/Aliran Lutheran  (Tanggal 31 Oktober 1517, diperingati sebagai Hari Reformasi,  tanggal dipakukannya 95 Dalil Luther di gerbang gereja istana Wittenberg).
  • Teologi tentang Anugerah, yaitu keselamatan sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah melalui Kristus yang diterima oleh iman. Dan mendefinisikan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya antara Hukum Taurat dan Injilyang mendasari teologinya tentang anugerah. Secara keseluruhan, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini merupakan titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kegagalan untuk membedakan Hukum Taurat dan Injil yang semestinya sebagai sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada masanya, yang pada gilirannya menyebabkan munculnya berbagai kesalahan teologis yang dasariah.
  • Penentang Indulgensia (penghapusan sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang masih ada bagi dosa-dosa setelah kesalahan seseorang dihapuskan melalui absolusi – pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan,  Luther menganggap penjualan indulgensia sebagai penyelewengan yang menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Penentangan indulgensia dilakukan melalui tiga kali Khotbah pada tahun 1516 dan 1517.
  • Buku  judul (dalam bahasa Inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, yang mengkritik dalamnya ajaran Gereja Barat mengenai asas menghapuskan dosa, kuasa Paus dan lain sebagainya.
  • Kajian mengenai Surat Paulus kepada jemaat di Roma dan menerbitkan  Asas: Sola Fide (hanya karena iman); Sola Gratia (hanya karena anugerah); Sola Scriptura (Hanya berdasarkan Alkitab). Hanya Imanlah yang dapat menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan AnugerahNYA kepada manusia seperti yang dijelaskan menurut Alkitab. Luther sangat menentang ajaran gereja pada saat itu yang dianggapnya menawarkan keselamatan dengan murah dengan cara menjual surat-surat Penghapusan Dosa (Indulgensia).
  • Sebagai puncak dari segala pembangkangannya kepada Gereja Katolik Roma, maka pada tanggal 31 Oktober 1517, 95 Dalil Luther dipakukannya di pintu Gereja Kastil Istana Wittenberg, yang berisikan antara lain:
Ø  Menentang pemborosan dan kemewahan duniawi para pendeta gereja Katolik,
Ø  Menentang masalah pengampunan dosa yang dilakukan oleh gereja,
Ø  Mengingkari kekuasaan Paus dan Dewan Gereja,
Ø  Martin Luther menegaskan hanya tunduk pada tuntunan Injil,
Ø  Menolak adanya purgatory (keadaan sesudah mati dimana roh memerlukan penyucian lewat penyiksaan sementara),
Ø  Menolak ketentuan membujang buat seorang pastor/biarawan.
Ø  Salah satu dari gagasan kuncinya adalah doktrin perlunya keyakinan terhadap kepercayaan semata-mata, suatu gagasan berdasar tulisan-tulisan St. Paul. Luther yakin, manusia menurut kondratnya menjadi suram karena dosa-dosanya dan semata-mata lewat perbuatan dan kerja lebih baik saja yang dapat menyelamatkannya dari kutukan abadi.
  • Pada tahun 1520, sementara menunggu keputusan Paus, Luther menulis pandangan-pandangan teologianya, antara lain:Pada tahun 1537 Luther menulis suatu karangan yang berjudul “Pasal-Pasal Smalkalden” yang menguraikan pokok-pokok iman gereja reformatoris. Untuk keperluan jemaat dan pemimpin gereja (pendeta), Luther menyusun Katekismus Kecil dan Katekismus Besar.
Ø  “An den christlichen Adel deutscherNation: von des christlichen Standes Bessening” (Kepada kaum Bangsawan Kristen Jennan tentang perbaikan Masyarakat Kristen),;
Ø  “De Captivitate Babylonica Ecclesiae” (Pembuangan Babel untuk Gereja);
Ø  “Von der Freiheit eines Christenmenschen” (Kebebasan seorang Kristen).
  • Pata tahun 1522, menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman.
  • Pada tahun 1534, menerjemahkan Alkitab Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman.


1.5 Pengucilan dan Kutukan
  • Pada tanggal 15 Juni 1520, Paus – Gereja Katolik Roma mengeluarkan Surat Resmi “Bulla Kepausan” bernama “Exurge Domine” untuk mengucilkan Luther (ekskomunikasi dari Gereja). Paus menyatakan bahwa dalam pandangan-pandangan Luther terdapat 41 pokok yang sesat, dan meminta kepada Luther menarik kembali pandangannya dalam tempo 60 hari dan jika tidak dilaksanakan maka Luther akan dijatuhi hukuman gereja. Luther membalas bulla tersebut dengan suatu karangan yang berjudul “Widder die Bullen des Endchrists” (Melawan bulla yang terkutuk dari si Anti-Krist).
  • Pada tanggal 10 Desember 1520 Luther membakar Bulla Paus “Exurge Domine” tersebut bersama-sama dengan Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma di depan gerbang kota Wittenberg dengan disaksikan oleh sejumlah besar mahasiswa dan mahaguru Universitas Wittenberg. Tindakan ini merupakan tanda pemutusan hubungannya dengan Gereja Katolik Roma.
  • Pada tanggal 3 Januari 1521, keluarlah Bulla Kutuk Paus terhadap Luther.
  • Pada tanggal 22 Januari 1521, Kaisar Charles V meresmikan persidangan Imperial Diet of Worms. Kaisar mengundang Luther sebagai  peluang terakhir Luther untuk mengakui bahwa dalil-dalil yang diajarkannya adalah salah, dan menjanjikan perlindungan atas keselamatan jiwa Luther, namun Luther tetap mempertahankan dalil ajarannya. Kaisar menepati janjinya kepada Luther sehingga sebelum rapat menjatuhkan keputusan atas dirinya, Luther diperintahkan untuk meninggalkan rapat. Selepas persidangan, Luther dinyatakan sebagai orang buangan.
  • Pada tanggal 26 Mei 1521, dikeluarkanlah Edik Worms yang berisi antara lain: Luther dan para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat; segala karangan Luther harus dibakar; dan Luther dapat ditangkap dan dibunuh oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun juga.

1.6 Tentang Martin Luthor Lainnya
  • Luther mengasaskan ajarannya sendiri dengan rekannya Philip Melanchton.
  • Konsekuensi penting dari gerakan Reformasi Martin Luther adalah terjadinya bentrokan agama bersenjata, misalnya Perang Tiga Puluh Tahun di Jerman (1618 s/d. 1648).
  • Pertentangan politik antara Katolik dan Protestan memegang peranan penting di arena politik Eropa selama beberapa abad.
  • Dalam tulisan lainnya, Martin Luther termasuk anti Yahudi, dan dikemudian hari kemungkinan merupakan dorongan pembuka jalan buat Hitler anti Yahudi.
  • Sementara Luther bersembunyi di Wartburg terjadilah huru-hara di Wittenberg. Carlstadt muncul ke depan. Ia menilai bahwa Luther tidak berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang berbau Katolik Roma. Ia menyerang hidup membiara dan menganjurkan agar para biarawan menikah. Ia sendiri melayani misa dengan pakaian biasa dan roti serta anggur diberi kepada umat. Perubahan-perutahan ini memang didukung Luther. Tetapi kemudian Carlstadt dipengaruhi oleh nabi-nabi dari Zwickau yang bersifat radikal. Mereka menyerbu gedung-gedung gereja, menghancurkan altar-altar gereja, salib-salib, patung-patung, dan sebagainya. Huru-hara ini tidak dapat dikendalikan oleh Kaisar. Luther mendengar huru-hara ini dan segera menuju Wittenberg. Luther berkhotbah selama seminggu di Wittenberg untuk meneduhkan suasana kota. Ia mengecam tindakan kekerasan serta radikal itu. Menurut Luther pembaharuan gereja tidak dapat dilakukan dengan kekerasan atau dengan jalan revolusi. Luther menghardik Carlstadt sehingga ia pergi ke Swiss.
  • Pada tahun 1525 terjadilah pemberontakan petani di bawah pimpinan Muntzer. Luther mengecam dengan keras pemberontakan ini. Ia mengajak agar para bangsawan memadamkan pemberontakan ini. Dengan demikian Luther memisahkan dirinya dengan golongan-golongan radikal.
BAB 2
AJARAN DAN APLIKASINYA

2.1 Ajaran Martin Luthor
Jerman melahirkan reformer religius yang mampu merubah dunia. Sebutan tersebut agaknya pantas disandang oleh tokoh reformasi gereja, Martin Luther. Martin Luther adalah seorang anak petani dari pasangan suami-istri Hans dan Margareth Luther. Dilahirkan di kota tambang Eisleben, Saxon, Jerman pada tahun 1483. Kehidupannya banyak berubah setelah Martin Luther memasuki biara, dan mulai berkecimpung dalam dunia religi. Perjalanan hidup Martin Luther selanjutnya tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya, Hans Luther.
Segalanya dimulai ketika Karir Hans Luther mulai menanjak dari petani menjadi wiraswastawan. Orang semacam itu hampir selalu memiliki ambisi yang lebih besar lagi bagi keturunannya daripada bagi dirinya sendiri. Hans Luther mendapat profesi ahli hukum bagi puteranya Martin. Atas dasar desakan ayahnya, Martin Luther memasuki studi ilmu hukum, tetapi setelah beberapa bulan ia berhenti dan mengasingkan diri disebuah biara. Ayahnya sangat kecewa dan marah, namun keluhannya sia-sia belaka. Rupanya Martin Luther lebih tertarik pada dunia religi dibandingkan ilmu hukum.
Luther masuk biara Ordo Santo Agustinus di Efurt pada tahun 1505, ketika berumur 22 tahun. Serikat yang dimasukinya merupakan salah satu kelompok biarawan yang paling rajin. Ia melaksanakan panggilannya dengan keinginan dan semangat, hal tersebut tercermin semua tindakan-tindakannya.
Martin Luther menjalankan berbagai bentuk laku tapa dengan berpuasa secara berlebihan dan berdoa selama berjam-jam sampai larut malam. Kecerdesannya membuat pimpinan biara mengirimkan Martin Luther ke Universitas Wittenberg untuk belajar disana. Pada tahun 1508, atas ajakan gurunya, Johannes von Staupitz, Luther menjadi pengajar bidang Filsafat Moral di Universitas Wittenberg yang baru didirikan. Luther mengajar sambil melanjutkan studi teologinya. Setahun kemudian, Luther menamatkan sarjana teologinya. Pada tahun 1512, Luther berhasil meraih gelar doktor dalam bidang teologi dari Universitas yang sama Banyak pengalaman yang diperoleh Martin Luther diuniversitas tersebut.  Martin Luther mulai melakukan khotbah-khotbahnya, menyampaikan buah pikiran kepada orang lain. Ia ingin mengembalikan kemurnian asli Agama Nasrani seperti dalam zaman rasul-rasul, jauh sebelum perkembangan kepausan itu. Bagi Martin Luther, hakekat agama terletak pada pengalaman batin terutama mistik dan tidak dapat diedarkan kepada orang terletak pada pengalaman batin terutama mistik dan tidak diedarkan kepada orang lain.

2.2 Pokok-Pokok Ajaran dan Doktrin Martin Luther
Ada 3 hal yang secara substansial menjadi doktrin teologis Martin Luther dalam usahanya memperbarui Gereja, antara lain: 1) Ajaran tentang yustifikasi (pembenaran) yang radikal atas manusia melalui sola fide. 2) Ajaran tentang infalibilitas (ketidaksesatan) Alkitab, yang dipandang sebagai satu-satunya sumber kebenaran. 3) Ajaran tentang imamat umum dalam hubungannya dengan kuasa untuk menafsirkan Alkitab. Sementara itu, semua proposisi teologis lainnya merupakan akibat dari prinsip-prinsip tersebut, misalnya: ajaran tentang yustifikasi, predestinasi, kembali ke Alkitab, Sakramen, Gereja, pemikiran politik reformasi dan pengaruh pemikiran reformasi atas sejarah. Selanjutnya, akan dibahas beberapa penjabaran atas substansi doktriner tersebut di atas.

1.  Sola Fide (Hanya Iman)
Doktrin tradisional Gereja mengatakan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dan karya-karyanya. Hal itu berarti imam menjadi nyata sungguh-sungguh ketika diwujudkan dan diungkapkan secara konkret dalam karya-karya. Dengan tegas, Luther menanggapi doktrin tradisional tersebut dengan cara menentang nilai karya manusia dan hanya membenarkan nilai iman.
Perlawanan Luther juga dilatarbelakangi oleh rasa frustasi secara psikologis yang mendalam yang ia rasakan karena berpikir bahwa ia tidak mampu memperoleh keselamatan kekal dengan usaha dan karya manusiawinya sendiri. Ia mengalami sendiri suasana batin bahwa ia tetap berdosa meskipun telah melakukan banyak usaha untuk hidup baik dan saleh. Meskipun telah berpuasa, menjalani hidup mati raga, berziarah dan menerima sakramen, Luther tetap merasa jatuh dan jatuh lagi ke dalam dosa yang sama. Kemudian, ia berkeyakinan bahwa kegagalan terus menerus untuk hidup baik tersebut menunjukkan rusaknya kodrat manusia pada akarnya. Manusia itu sedemikian rusak kodratnya, sehingga usaha apapun yang dilakukan untuk hidup baik tidak akan berhasil.
Selanjutnya, rasa frustrasi tersebut membawanya pada sebuah solusi, yakni hanya dengan beriman pada Allah saja, keselamatan dapat diperoleh. Baginya, imanlah yang membebaskan dan secara radikal mencabut kekhawatiran hidup insan beriman. Motivasi konseptual doktrin Luther adalah Allah menciptakan manusia “dari ketiadaan”. Dengan demikian, manusia tidak akan mampu melakukan hal baik yang dinilai di hadirat Allah. Luther juga berpendapat bahwa Iustitia Dei (keadilan Allah) semata-mata dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Keadilan ini tanpa menuntut jasa dan hak manusia. Manusia mendapatkan keadilan Allah bukan karena karya-karyanya, melainkan karena kepastian akan keselamatan yang dilakukan oleh Allah. Jadi, semakin ditegaskan bahwa karya insani manusia tidak dapat menyelamatkan manusia.

2.  Sola Scriptura (Hanya Alkitab)
Alkitab merupakan asas tunggal hidup menggereja karena berisi semua kebenaran yang diwahyukan Allah. Dengan kata lain, selain Alkitab, tidak ada sumber-sumber keselamatan, termasuk tradisi kristiani sekalipun. Baginya, tradisi kristiani hanyalah ciptaan manusia yang tidak dapat dijadikan sumber keselamatan. Semua yang dapat diketahui tentang Allah dan hubungan antara manusia dengan Allah sudah difirmankan dalam Alkitab secara terbuka. Dengan demikian, segala macam ajaran Gereja, Filsafat-Teologi dan Hukum Kanonik Gereja ditolak dan dipandang lebih mengaburkan daripada menguatkan cahaya Injil yang dipancarkan Allah kepada orang beriman melalui Alkitab. Oleh sebab itu, Luther mengganti struktur hierarki Gereja dengan menonjolkan peranan jemaat awam dan fungsi imamat semua orang beriman dalam kehidupan Gereja. Dengan demikian, hanya Alkitab saja yang memiliki otoritas infalibel (tidak dapat sesat).
Bagi Luther, peran para hierarki Gereja Katolik justru dapat menghalangi manusia menghalangi Alkitab secara benar, Maka dari itu, Luther menghendaki supaya Alkitab dapat dipahami oleh semua orang. Untuk mencapai tujuan tersebut, ia menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Jerman, karena Alkitab berbahasa Latin (Vulgata) tidak dapat dipahami oleh semua orang, kecuali para klerus, biarawan dan biarawati. Melalui Alkitab yang dianggap sebagai satu-satunya sumber kebenaran itu, Luther berusaha mencari alasan yang tepat mengenai yustifikasi iman dengan tujuan untuk memberi dasar yang kokoh pada ajaran dan doktrinnya.[8]

3.  Sola Gratia (Hanya Rahmat)
Dalam imannya, manusia sudah dapat merasa dibenarkan oleh Allah karena rahmat-Nya semata-mata. Berkenaan dengan cara berpikir ajaran tersebut, selanjutnya tidak dibutuhkan lagi perantara manusia dengan Allah, misalnya: peran dan fungsi imam yang menuntut ajaran Gereja Katolik supaya dapat menyalurkan rahmat pengampunan dosa dari Allah kepada manusia. Luther yakin bahwa setiap individu beriman berhadapan langsung dengan Allah sendiri dan secara pribadi bertanggungjawab kepada-Nya.[9]
Pada akhir abad pertengahan sampai awal zaman renaissance, peran dan kredibilitas para klerus semakin menurun. Kesucian Gereja Katolik ternoda oleh kebobrokan yang dilakukan oleh para klerus pada waktu itu, terutama praktek komersialisasi indulgensi. Itulah yang mendorong Luther menolak Gereja yang hierarkis seperti yang diperlihatkan oleh Gereja Katolik Roma.
      Perlawanan Luther ditunjukkan melalui pemasangan surat pernyataan sikapnya yang berisi 95 dalil di pintu masuk Gereja biara di kota Wittenberg, Jerman pada tanggal 31 Oktober 1517. Dalam surat itu, Luther mengecam praktek Gereja Katolik yang memperdagangkan surat pengampunan dosa dengan tujuan untuk mendapatkan uang bagi pembangunan berbagai proyek gerejawi, misalnya: pembangunan gereja-gereja megah, termasuk Gereja Basilika St. Petrus di Vatikan. Situasi yang terjadi pada waktu itu ialah banyak orang sederhana percaya bahwa dengan membeli surat itu, mereka akan memperoleh keselamatan karena dosa-dosa mereka telah terampuni. Hal itu berarti keselamatan manusia merupakan hasil prestasi manusia itu sendiri dan bukan lantaran rahmat Allah.[10]
Kekecewaan Luther terhadap para klerus tersebut menjadi dasar pemikirannya bahwa manusia beriman tidak membutuhkan mediasi insani. Kebebasan umat beriman yang adalah anak-anak Allah telah memungkinkan Allah untuk berhubungan secara langsung dengan mereka. Hal itu melandasi pemikiran Luther lainnya, yakni penolakkan terhadap Ekaristi sebagai sebuah kurban. Kurban salib Kristus hanya terjadi sekali, yakni di puncak Kalvari dan setelah itu tidak terulang lagi. Kemudian, Luther mereduksi jumlah sakramen dari 7 menjadi 2, yakni sakramen Babtis dan Ekaristi. Berkaitan dengan sakramen, ia mendevaluasi pemahaman tradisional tentang sakramen dengan mengurangi tanda-tanda lahiriah dari rahmat sakramentali, iman dan kebebasan yang sungguh kuat tentang kultus.[11]









KESIMPULAN DAN REFLEKSI

Secara ringkas, ajaran dan doktrin pokok Luther adalah sebagai berikut: sola fide atau pembenaran oleh iman saja dan tidak oleh karya-karya manusia yang baik sekalipun; sola scriptura atau hanya Alkitab dan bukan tradisi manusiawi yang merupakan norma iman yang mempunyai wibawa; dan sola gratia atau pembenaran oleh rahmat Allah saja.[12] Beberapa ajaran lainnya merupakan konsekuensi dari ketiga doktrin teologis tersebut. Seluruh ajaran dan doktrin Luther merupakan bentuk perlawanan terhadap kondisi aktual Gereja Katolik waktu itu yang sedang kacau.
Bagi Gereja Katolik, munculnya ajaran dan doktrin Luther ini sepatutnya dijadikan bahan refleksi. Kita tahu bahwa sejak kemunculan ajaran dan doktrin Luther, Gereja bersikap tegas untuk melawannya. Akan tetapi, secara rasional, apa yang diajarkan Luther memiliki unsur kebenaran. Kita bahkan tidak bisa mengelak dari kenyataan kebobrokan Gereja Katolik pada waktu itu. Oleh sebab itu, kiranya baik jika peristiwa Reformasi Protestantisme yang juga disertai dengan kemunculan ajaran dan doktrin Luther ini, kita jadikan bahan untuk bersikap self-critic. Terhadap masa lalu, kita belajar dan berusaha mensyukurinya. Sementara itu, terhadap masa depan, kita juga harus bersikap terbuka akan segala kemungkinan yang terjadi, termasuk perubahan-perubahan. Dengan demikian, kita dapat terus berkarya sebagai umat Allah dalam satu persekutuan besar Gereja Katolik.  








DAFTAR PUSTAKA

Alister E McGrant. 1993. Reformation Thought: An Introduction. USA: Blackweel Publishers, Jan Romein. 1956. Aera van Europa. Diterjemahkan oleh Noer Toegiman, Aera Eropa. Jakarta: Ganaco.

Hayes, Carlton, J.H & marshall Whithed Baldwin. 1956. History Of Europe. New York: The Macmilllan Company.
Jan Romein. 1956. Aera van Europa. Diterjemahkan oleh Noer Toegiman, Aera Eropa. Jakarta: Ganaco

Marwati Djoened Poesponegoro. 1988. Tokoh Dan Peristiwa Dalam Sejarah Eropa Awal Masehi-1815. Jakarta: UI Press.

Michael A.Hart. 1982. 100 the Ranking Of The Most Influential Persons In History, a.b H. Mahbub Djunaidi Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Mohamad Hadi Sundoro. 2007. Dari Renaisans Sampai Imperialisme Modern. Jember: Jember University Press.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

Weekly most viewed

Total Pengunjung