BAB
I
BIOGRAFI
1.1 Biografi Martin Luthor
Martin
Luther,
anak dari Hans Luder dan ibunya,
Margarethe, lahir
di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, pada tanggal 10
November 1483, dan meninggal pada tanggal 18 Februari 1546 di
usianya yang 62 tahun di kota kelahirannya di Eisleben, Kekaisaran Romawi
Suci. Martin Luther bersaudara 3 orang, menikah pada tanggal 13 Juni 1525
dengan Katharina van Bora dan
mempunyai anak 6 orang (Hans, Elizabeth, Magdalena, Martin, Paul,
Margarethe/Rebekah).
Ayahnya menginginkan Martin Luther harus
menjadi pegawai negeri untuk dapat memberikan kehormatan kepada keluarganya.
Untuk mewujudkan impiannya maka ayahnya Hans mengirimkan Matin Luther kecil
belajar ke Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach. Selanjutnya pada tahun 1501
di usia 17 tahun, Luther masuk ke Universitas Erfurt dan menyelesaikan
perkuliahannya dengan sangat cepat sehingga pada tahun 1502 dia sudah
mendapatkan gelar sarjananya. Kemudian pada tahun 1505, Luther sudah meraih
gelar magister hukum. Ayahnya menyarankan Luther untuk mendaftarkan diri
bekerja universitas tempatnya kuliah tersebut.
Pada suatu hari di musim panas
tahun 1505, terjadi serangan badai dan petir yang cukup hebat. Luther
yang sedang dalam perjalanan pulang kerumahnya, sangat ketakutan dengan situasi
tersebut. Dalam ketakutan, Luther berdoa dan berseru, “Tolonglah, Santa Ana! Saya akan menjadi biarawan!”.
Selanjutnya Luther dapat sampai kerumahnya dan dia selamat. Luther merasa bahwa
dia selamat karena pertolongan Tuhan dan Santa Ana, sehingga Luther
meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di
Erfurt. Mengetahui anaknya masuk biara maka ayahnya Hans sangat marah.
Berikut
Biografi Martin Luther, berdasarkan Wikipedia dan beberapa sumber lainnya.
Martin Luther
Karya Lucas Cranach
(1529)
|
Nama
|
MARTIN
LUTHER
|
Lahir
di
|
Eisleben, Kekaisaran
Romawi Suci
|
Tanggal
|
10
November 1483
|
Meninggal
di
|
Eisleben, Kekaisaran
Romawi Suci
|
Tanggal
|
18
Februari 1546 (umur 62)
|
Anak
dari
|
Ayah
: Hans Luder – anggota Dewan Kota Mansfeld
Ibu : Margarethe
|
Menikah
|
13
Juni 1525
|
Istri
|
Katharina
von Bora ( mantan biarawati)
|
Anak
|
- Hans
(7 Jun.1526-1575)
- Elizabeth(10
Des. 1527 – 3 Agt.1528)
- Magdalena
(5 Mei 1529 – 20 Sep.1542)
- Martin
Jr. (9 Nov.1531 – 1565)
- Paul
(28 Jan.1533 – 1593)
- Margarethe/Rebekah
(17 Des.1534 – 1570)
|
1.2
Pendidikan
- Tahun
1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Dan mendapatkan gelar
Sarjana Hukum pada 1502, dan gelar Magisternya pada 1505
- Pada
tanggal 16 Juli 1505, memasuki biara Serikat Eremit Augustinus di Erfurt
- Pada
tanggal 9 Maret 1508, gelar sarjananya dalam Studi Alkitab
- Tahun
1509, gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus (buku
Ajar Teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan)
- Pada
tanggal 9 Oktober 1512, menerima gelar Doktor Teologinya.
- Pada
tanggal 21 Oktober 1521, menjadi anggota Senat Dosen Teologi dan diangkat
sebagai Mahaguru dalam Kitab Suci.
1.3
Pekerjaan
- Imam,
ditahbiskan pada tahun 1507.
- Pastor/Biarawan
Augustinian.
- Pendeta
Lutheran.
- Pengajar
Teolog di Universitas Wittenberg pada 1508.
- Tokoh
terkemuka bagi Reformasi Gereja Katolik.
1.4
Karya
- Pendiri
Gereja/Aliran Lutheran (Tanggal 31 Oktober 1517, diperingati sebagai
Hari Reformasi, tanggal dipakukannya 95 Dalil Luther di gerbang
gereja istana Wittenberg).
- Teologi
tentang Anugerah, yaitu keselamatan sepenuhnya adalah pemberian dari
anugerah Allah melalui Kristus yang diterima oleh iman. Dan mendefinisikan
dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya
antara Hukum Taurat dan Injilyang mendasari teologinya tentang anugerah.
Secara keseluruhan, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini merupakan
titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat
kegagalan untuk membedakan Hukum Taurat dan Injil yang semestinya sebagai
sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada masanya, yang pada gilirannya
menyebabkan munculnya berbagai kesalahan teologis yang dasariah.
- Penentang
Indulgensia (penghapusan sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman
sementara yang masih ada bagi dosa-dosa setelah kesalahan seseorang
dihapuskan melalui absolusi – pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang
telah dihapuskan, Luther menganggap penjualan indulgensia sebagai
penyelewengan yang menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan
indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati.
Penentangan indulgensia dilakukan melalui tiga kali Khotbah pada tahun
1516 dan 1517.
- Buku
judul (dalam bahasa Inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther
on the Power and Efficacy of Indulgences, yang mengkritik dalamnya ajaran
Gereja Barat mengenai asas menghapuskan dosa, kuasa Paus dan lain
sebagainya.
- Kajian
mengenai Surat Paulus kepada jemaat di Roma dan menerbitkan Asas: Sola Fide (hanya karena iman); Sola Gratia (hanya karena
anugerah); Sola Scriptura
(Hanya berdasarkan Alkitab). Hanya Imanlah
yang dapat menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan AnugerahNYA kepada manusia seperti
yang dijelaskan menurut Alkitab.
Luther sangat menentang ajaran gereja pada saat itu yang dianggapnya
menawarkan keselamatan dengan murah dengan cara menjual surat-surat Penghapusan Dosa (Indulgensia).
- Sebagai
puncak dari segala pembangkangannya kepada Gereja Katolik Roma, maka pada
tanggal 31 Oktober 1517, 95 Dalil Luther dipakukannya di pintu Gereja
Kastil Istana Wittenberg, yang berisikan antara lain:
Ø Menentang
pemborosan dan kemewahan duniawi para pendeta gereja Katolik,
Ø Menentang
masalah pengampunan dosa yang dilakukan oleh gereja,
Ø Mengingkari
kekuasaan Paus dan Dewan Gereja,
Ø Martin
Luther menegaskan hanya tunduk pada tuntunan Injil,
Ø Menolak
adanya purgatory (keadaan sesudah mati dimana roh memerlukan penyucian lewat
penyiksaan sementara),
Ø Menolak
ketentuan membujang buat seorang pastor/biarawan.
Ø Salah
satu dari gagasan kuncinya adalah doktrin perlunya keyakinan terhadap
kepercayaan semata-mata, suatu gagasan berdasar tulisan-tulisan St. Paul.
Luther yakin, manusia menurut kondratnya menjadi suram karena dosa-dosanya dan
semata-mata lewat perbuatan dan kerja lebih baik saja yang dapat
menyelamatkannya dari kutukan abadi.
- Pada
tahun 1520, sementara menunggu keputusan Paus, Luther menulis
pandangan-pandangan teologianya, antara lain:Pada tahun 1537 Luther
menulis suatu karangan yang berjudul “Pasal-Pasal Smalkalden” yang
menguraikan pokok-pokok iman gereja reformatoris. Untuk keperluan jemaat
dan pemimpin gereja (pendeta), Luther menyusun Katekismus Kecil dan
Katekismus Besar.
Ø “An
den christlichen Adel deutscherNation: von des christlichen Standes Bessening”
(Kepada kaum Bangsawan Kristen Jennan tentang perbaikan Masyarakat Kristen),;
Ø “De
Captivitate Babylonica Ecclesiae” (Pembuangan Babel untuk Gereja);
Ø “Von
der Freiheit eines Christenmenschen” (Kebebasan seorang Kristen).
- Pata
tahun 1522, menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke
bahasa Jerman.
- Pada
tahun 1534, menerjemahkan Alkitab Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman.
1.5
Pengucilan dan Kutukan
- Pada
tanggal 15 Juni 1520, Paus – Gereja Katolik Roma mengeluarkan Surat Resmi
“Bulla Kepausan” bernama “Exurge Domine” untuk mengucilkan Luther
(ekskomunikasi dari Gereja). Paus menyatakan bahwa dalam
pandangan-pandangan Luther terdapat 41 pokok yang sesat, dan meminta
kepada Luther menarik kembali pandangannya dalam tempo 60 hari dan jika
tidak dilaksanakan maka Luther akan dijatuhi hukuman gereja. Luther
membalas bulla tersebut dengan suatu karangan yang berjudul “Widder die
Bullen des Endchrists” (Melawan bulla yang terkutuk dari si Anti-Krist).
- Pada
tanggal 10 Desember 1520 Luther membakar Bulla Paus “Exurge Domine”
tersebut bersama-sama dengan Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma di
depan gerbang kota Wittenberg dengan disaksikan oleh sejumlah besar
mahasiswa dan mahaguru Universitas Wittenberg. Tindakan ini merupakan
tanda pemutusan hubungannya dengan Gereja Katolik Roma.
- Pada
tanggal 3 Januari 1521, keluarlah Bulla Kutuk Paus terhadap Luther.
- Pada
tanggal 22 Januari 1521, Kaisar Charles V meresmikan persidangan Imperial
Diet of Worms. Kaisar mengundang Luther sebagai peluang terakhir
Luther untuk mengakui bahwa dalil-dalil yang diajarkannya adalah salah,
dan menjanjikan perlindungan atas keselamatan jiwa Luther, namun Luther
tetap mempertahankan dalil ajarannya. Kaisar menepati janjinya kepada
Luther sehingga sebelum rapat menjatuhkan keputusan atas dirinya, Luther
diperintahkan untuk meninggalkan rapat. Selepas persidangan, Luther
dinyatakan sebagai orang buangan.
- Pada
tanggal 26 Mei 1521, dikeluarkanlah Edik Worms yang berisi antara lain:
Luther dan para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat; segala karangan
Luther harus dibakar; dan Luther dapat ditangkap dan dibunuh oleh siapa
pun, kapan pun, dan di mana pun juga.
1.6
Tentang Martin Luthor Lainnya
- Luther
mengasaskan ajarannya sendiri dengan rekannya Philip Melanchton.
- Konsekuensi
penting dari gerakan Reformasi Martin Luther adalah terjadinya bentrokan
agama bersenjata, misalnya Perang Tiga Puluh Tahun di Jerman (1618 s/d.
1648).
- Pertentangan
politik antara Katolik dan Protestan memegang peranan penting di arena
politik Eropa selama beberapa abad.
- Dalam
tulisan lainnya, Martin Luther termasuk anti Yahudi, dan dikemudian hari
kemungkinan merupakan dorongan pembuka jalan buat Hitler anti Yahudi.
- Sementara
Luther bersembunyi di Wartburg terjadilah huru-hara di Wittenberg.
Carlstadt muncul ke depan. Ia menilai bahwa Luther tidak berusaha untuk
menghapus segala sesuatu yang berbau Katolik Roma. Ia menyerang hidup
membiara dan menganjurkan agar para biarawan menikah. Ia sendiri melayani
misa dengan pakaian biasa dan roti serta anggur diberi kepada umat.
Perubahan-perutahan ini memang didukung Luther. Tetapi kemudian Carlstadt
dipengaruhi oleh nabi-nabi dari Zwickau yang bersifat radikal. Mereka menyerbu
gedung-gedung gereja, menghancurkan altar-altar gereja, salib-salib,
patung-patung, dan sebagainya. Huru-hara ini tidak dapat dikendalikan oleh
Kaisar. Luther mendengar huru-hara ini dan segera menuju Wittenberg.
Luther berkhotbah selama seminggu di Wittenberg untuk meneduhkan suasana
kota. Ia mengecam tindakan kekerasan serta radikal itu. Menurut Luther
pembaharuan gereja tidak dapat dilakukan dengan kekerasan atau dengan
jalan revolusi. Luther menghardik Carlstadt sehingga ia pergi ke Swiss.
- Pada
tahun 1525 terjadilah pemberontakan petani di bawah pimpinan Muntzer.
Luther mengecam dengan keras pemberontakan ini. Ia mengajak agar para
bangsawan memadamkan pemberontakan ini. Dengan demikian Luther memisahkan
dirinya dengan golongan-golongan radikal.
BAB 2
AJARAN DAN APLIKASINYA
2.1 Ajaran Martin
Luthor
Jerman
melahirkan reformer religius yang mampu merubah dunia. Sebutan tersebut agaknya
pantas disandang oleh tokoh reformasi gereja, Martin Luther. Martin Luther
adalah seorang anak petani dari pasangan suami-istri Hans dan Margareth Luther.
Dilahirkan di kota tambang Eisleben, Saxon, Jerman pada tahun 1483.
Kehidupannya banyak berubah setelah Martin Luther memasuki biara, dan mulai
berkecimpung dalam dunia religi. Perjalanan hidup Martin Luther selanjutnya
tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya, Hans Luther.
Segalanya
dimulai ketika Karir Hans Luther mulai menanjak dari petani menjadi
wiraswastawan. Orang semacam itu hampir selalu memiliki ambisi yang lebih besar
lagi bagi keturunannya daripada bagi dirinya sendiri. Hans Luther mendapat
profesi ahli hukum bagi puteranya Martin. Atas dasar desakan ayahnya, Martin
Luther memasuki studi ilmu hukum, tetapi setelah beberapa bulan ia berhenti dan
mengasingkan diri disebuah biara. Ayahnya sangat kecewa dan marah, namun
keluhannya sia-sia belaka. Rupanya Martin Luther lebih tertarik pada dunia
religi dibandingkan ilmu hukum.
Luther masuk biara Ordo Santo Agustinus di Efurt pada tahun 1505, ketika
berumur 22 tahun. Serikat yang dimasukinya merupakan salah satu kelompok
biarawan yang paling rajin. Ia melaksanakan panggilannya dengan keinginan dan
semangat, hal tersebut tercermin semua tindakan-tindakannya.
Martin
Luther menjalankan berbagai bentuk laku tapa dengan berpuasa secara berlebihan
dan berdoa selama berjam-jam sampai larut malam. Kecerdesannya membuat pimpinan
biara mengirimkan Martin Luther ke Universitas Wittenberg untuk belajar disana.
Pada tahun 1508, atas ajakan gurunya, Johannes von Staupitz, Luther menjadi
pengajar bidang Filsafat Moral di Universitas Wittenberg yang baru didirikan.
Luther mengajar sambil melanjutkan studi teologinya. Setahun kemudian, Luther
menamatkan sarjana teologinya. Pada tahun 1512, Luther berhasil meraih gelar
doktor dalam bidang teologi dari Universitas yang sama Banyak pengalaman yang
diperoleh Martin Luther diuniversitas tersebut.
Martin Luther mulai melakukan khotbah-khotbahnya, menyampaikan buah
pikiran kepada orang lain. Ia ingin mengembalikan kemurnian asli Agama Nasrani
seperti dalam zaman rasul-rasul, jauh sebelum perkembangan kepausan itu. Bagi
Martin Luther, hakekat agama terletak pada pengalaman batin terutama mistik dan
tidak dapat diedarkan kepada orang terletak pada pengalaman batin terutama
mistik dan tidak diedarkan kepada orang lain.
2.2 Pokok-Pokok Ajaran dan Doktrin Martin Luther
Ada
3 hal yang secara substansial menjadi doktrin teologis Martin Luther dalam
usahanya memperbarui Gereja, antara lain: 1) Ajaran tentang yustifikasi
(pembenaran) yang radikal atas manusia melalui sola fide. 2) Ajaran
tentang infalibilitas (ketidaksesatan) Alkitab, yang dipandang sebagai
satu-satunya sumber kebenaran. 3) Ajaran tentang imamat umum dalam hubungannya
dengan kuasa untuk menafsirkan Alkitab. Sementara itu, semua proposisi teologis
lainnya merupakan akibat dari prinsip-prinsip tersebut, misalnya: ajaran
tentang yustifikasi, predestinasi, kembali ke Alkitab, Sakramen, Gereja,
pemikiran politik reformasi dan pengaruh pemikiran reformasi atas sejarah.
Selanjutnya, akan dibahas beberapa penjabaran atas substansi doktriner tersebut
di atas.
1. Sola Fide (Hanya Iman)
Doktrin
tradisional Gereja mengatakan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dan
karya-karyanya. Hal itu berarti imam menjadi nyata sungguh-sungguh ketika
diwujudkan dan diungkapkan secara konkret dalam karya-karya. Dengan tegas,
Luther menanggapi doktrin tradisional tersebut dengan cara menentang nilai
karya manusia dan hanya membenarkan nilai iman.
Perlawanan
Luther juga dilatarbelakangi oleh rasa frustasi secara psikologis yang mendalam
yang ia rasakan karena berpikir bahwa ia tidak mampu memperoleh keselamatan
kekal dengan usaha dan karya manusiawinya sendiri. Ia mengalami sendiri suasana
batin bahwa ia tetap berdosa meskipun telah melakukan banyak usaha untuk hidup
baik dan saleh. Meskipun telah berpuasa, menjalani hidup mati raga, berziarah
dan menerima sakramen, Luther tetap merasa jatuh dan jatuh lagi ke dalam dosa
yang sama. Kemudian, ia berkeyakinan bahwa kegagalan terus menerus untuk hidup
baik tersebut menunjukkan rusaknya kodrat manusia pada akarnya. Manusia itu
sedemikian rusak kodratnya, sehingga usaha apapun yang dilakukan untuk hidup
baik tidak akan berhasil.
Selanjutnya,
rasa frustrasi tersebut membawanya pada sebuah solusi, yakni hanya dengan
beriman pada Allah saja, keselamatan dapat diperoleh. Baginya, imanlah yang
membebaskan dan secara radikal mencabut kekhawatiran hidup insan beriman.
Motivasi konseptual doktrin Luther adalah Allah menciptakan manusia “dari
ketiadaan”. Dengan demikian, manusia tidak akan mampu melakukan hal baik yang
dinilai di hadirat Allah. Luther juga berpendapat bahwa Iustitia Dei
(keadilan Allah) semata-mata dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Keadilan
ini tanpa menuntut jasa dan hak manusia. Manusia mendapatkan keadilan Allah
bukan karena karya-karyanya, melainkan karena kepastian akan keselamatan yang
dilakukan oleh Allah. Jadi, semakin ditegaskan bahwa karya insani manusia tidak
dapat menyelamatkan manusia.
2. Sola Scriptura (Hanya Alkitab)
Alkitab
merupakan asas tunggal hidup menggereja karena berisi semua kebenaran yang
diwahyukan Allah. Dengan kata lain, selain Alkitab, tidak ada sumber-sumber
keselamatan, termasuk tradisi kristiani sekalipun. Baginya, tradisi kristiani
hanyalah ciptaan manusia yang tidak dapat dijadikan sumber keselamatan. Semua
yang dapat diketahui tentang Allah dan hubungan antara manusia dengan Allah
sudah difirmankan dalam Alkitab secara terbuka. Dengan demikian, segala macam
ajaran Gereja, Filsafat-Teologi dan Hukum Kanonik Gereja ditolak dan dipandang
lebih mengaburkan daripada menguatkan cahaya Injil yang dipancarkan Allah
kepada orang beriman melalui Alkitab. Oleh sebab itu, Luther mengganti struktur
hierarki Gereja dengan menonjolkan peranan jemaat awam dan fungsi imamat semua
orang beriman dalam kehidupan Gereja. Dengan demikian, hanya Alkitab saja yang
memiliki otoritas infalibel (tidak dapat sesat).
Bagi
Luther, peran para hierarki Gereja Katolik justru dapat menghalangi manusia
menghalangi Alkitab secara benar, Maka dari itu, Luther menghendaki supaya
Alkitab dapat dipahami oleh semua orang. Untuk mencapai tujuan tersebut, ia
menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Jerman, karena Alkitab berbahasa Latin
(Vulgata) tidak dapat dipahami oleh semua orang, kecuali para klerus, biarawan
dan biarawati. Melalui Alkitab yang dianggap sebagai satu-satunya sumber
kebenaran itu, Luther berusaha mencari alasan yang tepat mengenai yustifikasi
iman dengan tujuan untuk memberi dasar yang kokoh pada ajaran dan doktrinnya.[8]
3. Sola Gratia (Hanya Rahmat)
Dalam
imannya, manusia sudah dapat merasa dibenarkan oleh Allah karena rahmat-Nya
semata-mata. Berkenaan dengan cara berpikir ajaran tersebut, selanjutnya tidak
dibutuhkan lagi perantara manusia dengan Allah, misalnya: peran dan fungsi imam
yang menuntut ajaran Gereja Katolik supaya dapat menyalurkan rahmat pengampunan
dosa dari Allah kepada manusia. Luther yakin bahwa setiap individu beriman
berhadapan langsung dengan Allah sendiri dan secara pribadi bertanggungjawab
kepada-Nya.[9]
Pada
akhir abad pertengahan sampai awal zaman renaissance, peran dan
kredibilitas para klerus semakin menurun. Kesucian Gereja Katolik ternoda oleh
kebobrokan yang dilakukan oleh para klerus pada waktu itu, terutama praktek
komersialisasi indulgensi. Itulah yang mendorong Luther menolak Gereja yang
hierarkis seperti yang diperlihatkan oleh Gereja Katolik Roma.
Perlawanan Luther ditunjukkan melalui
pemasangan surat pernyataan sikapnya yang berisi 95 dalil di pintu masuk Gereja
biara di kota Wittenberg, Jerman pada tanggal 31 Oktober 1517. Dalam surat itu,
Luther mengecam praktek Gereja Katolik yang memperdagangkan surat pengampunan
dosa dengan tujuan untuk mendapatkan uang bagi pembangunan berbagai proyek
gerejawi, misalnya: pembangunan gereja-gereja megah, termasuk Gereja Basilika
St. Petrus di Vatikan. Situasi yang terjadi pada waktu itu ialah banyak orang
sederhana percaya bahwa dengan membeli surat itu, mereka akan memperoleh
keselamatan karena dosa-dosa mereka telah terampuni. Hal itu berarti
keselamatan manusia merupakan hasil prestasi manusia itu sendiri dan bukan
lantaran rahmat Allah.[10]
Kekecewaan
Luther terhadap para klerus tersebut menjadi dasar pemikirannya bahwa manusia
beriman tidak membutuhkan mediasi insani. Kebebasan umat beriman yang adalah
anak-anak Allah telah memungkinkan Allah untuk berhubungan secara langsung
dengan mereka. Hal itu melandasi pemikiran Luther lainnya, yakni penolakkan
terhadap Ekaristi sebagai sebuah kurban. Kurban salib Kristus hanya terjadi
sekali, yakni di puncak Kalvari dan setelah itu tidak terulang lagi. Kemudian,
Luther mereduksi jumlah sakramen dari 7 menjadi 2, yakni sakramen Babtis dan
Ekaristi. Berkaitan dengan sakramen, ia mendevaluasi pemahaman tradisional
tentang sakramen dengan mengurangi tanda-tanda lahiriah dari rahmat
sakramentali, iman dan kebebasan yang sungguh kuat tentang kultus.[11]
KESIMPULAN
DAN REFLEKSI
Secara ringkas, ajaran dan doktrin pokok Luther adalah
sebagai berikut: sola fide atau pembenaran oleh iman saja dan tidak oleh
karya-karya manusia yang baik sekalipun; sola scriptura atau hanya
Alkitab dan bukan tradisi manusiawi yang merupakan norma iman yang mempunyai
wibawa; dan sola gratia atau pembenaran oleh rahmat Allah saja.[12]
Beberapa ajaran lainnya merupakan konsekuensi dari ketiga doktrin teologis
tersebut. Seluruh ajaran dan doktrin Luther merupakan bentuk perlawanan
terhadap kondisi aktual Gereja Katolik waktu itu yang sedang kacau.
Bagi Gereja Katolik, munculnya ajaran dan doktrin Luther ini
sepatutnya dijadikan bahan refleksi. Kita tahu bahwa sejak kemunculan ajaran
dan doktrin Luther, Gereja bersikap tegas untuk melawannya. Akan tetapi, secara
rasional, apa yang diajarkan Luther memiliki unsur kebenaran. Kita bahkan tidak
bisa mengelak dari kenyataan kebobrokan Gereja Katolik pada waktu itu. Oleh
sebab itu, kiranya baik jika peristiwa Reformasi Protestantisme yang juga
disertai dengan kemunculan ajaran dan doktrin Luther ini, kita jadikan bahan
untuk bersikap self-critic. Terhadap masa lalu, kita belajar dan
berusaha mensyukurinya. Sementara itu, terhadap masa depan, kita juga harus
bersikap terbuka akan segala kemungkinan yang terjadi, termasuk
perubahan-perubahan. Dengan demikian, kita dapat terus berkarya sebagai umat
Allah dalam satu persekutuan besar Gereja Katolik.
DAFTAR PUSTAKA
Alister E McGrant. 1993. Reformation Thought: An Introduction. USA: Blackweel
Publishers, Jan Romein. 1956. Aera van Europa. Diterjemahkan oleh Noer
Toegiman, Aera Eropa. Jakarta: Ganaco.
Hayes, Carlton, J.H & marshall Whithed Baldwin. 1956. History Of Europe.
New York: The Macmilllan Company.
Jan Romein. 1956. Aera van Europa. Diterjemahkan oleh Noer Toegiman, Aera
Eropa. Jakarta: Ganaco
Marwati Djoened Poesponegoro. 1988. Tokoh Dan Peristiwa Dalam Sejarah Eropa
Awal Masehi-1815. Jakarta: UI Press.
Michael A.Hart. 1982. 100 the Ranking Of The Most Influential Persons In
History, a.b H. Mahbub Djunaidi Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah.
Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Mohamad Hadi Sundoro. 2007. Dari Renaisans Sampai Imperialisme Modern. Jember:
Jember University Press.